Askep Tumor Paru



TUMOR PARU

1.
DEFINISI

Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar )
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. ( Hood Al sagaff, dkk 1993 )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. ( Zerich 150105 Weblog, by Erich )



2.
ETIOLOGI
( Amin Zulkifli, Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV, hal 1005 )
Penyebab / faktor pendukung dari kanker paru, antara lain :
1.Merokok
2.Terpapar asap rokok
3.Paparan zat karsinogen ( asbestos, radiasi ion, radon arse )
4.Polusi udara
5.Genetik

3.
PATOFISIOLOGI
( Zerich 150105′ weblog )
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa nunsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama meingguan sampai tahunan.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat ), karsinoma sel besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.

4.
MANIFESTASI KLINIK
manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu (www mediaindonesia.co.id) :
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
e. Hilang nafsu makan dan berat badan

5.
KOMPLIKASI- Hematorak
- Pneumotorak
- Empiema
- Endokarditis
- Abses paru
- Atelektasis

6.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
( Barbara, Engram, hal.7, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah )
Pemeriksaan Penunjang
a.Foto dada menunjukkan sisi lesi
b.Analisis sputum untuk sitologi menyatakan tipe sel kanker
c.Skan tomografi komputer dan tomogram paru menunjukkan lokasi tumor dan ukuran tumor
d.Bronkoskopi dapat dilakukan untuk memperoleh sample untuk biopsi dan mengumpulkan hapusan
bronkial tumor yang terjadi dicabang bronkus
e.Aspirasi dengan janim dan biopsi jaringan paru dapat dilakukan jika pemeriksaan radiologi
menunjukan lesi di paru-paru perifer
f.Radionuklide scan terhadap organ-organ lain menentukan luasnya netastase ( otak, hepar tulang,
limpa )
g.Mediastinoskopi menentukan apakah tumor telah metastase telah metastase ke limfe mediastinum

7.
PENATALAKSANAAN MEDIK( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )
  1. Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25% kasus yang bisa dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah hidup setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada pneumonektomi
  2. Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhklan sedikit diantaranya.
  3. Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri lokal
  4. Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan tidak pernah sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada kanker bukan sel kecil belum jelas.
  5. Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan 6.Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan

8.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN - Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya - Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk - mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.
9.
PENGKAJIANA. Pengumpulan Data
  1. Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
  2. Kebutuhan dasar: - Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi kesulitan menelan (disfagia), penurunan berat badan. - Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus) - Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada. - Aktivitas : keletihan, kelemahan
  3. Pemeriksaan fisik - Sistem pernafasan • Sesak nafas, nyeri dada • Batuk produktif tak efektif • Suara nafas: mengi pada inspirasi • Serak, paralysis pita suara. - Sistem kardiovaskuler • tachycardia, disritmia • menunjukkan efusi (gesekan pericardial) - Sistem gastrointestinal • Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun. - Sistem urinarius Peningkatan frekuensi/jumlah urine. - Sistem neurologis • Perasaan takut/takut hasil pembedahan • Kegelisahan
  4. Data Penunjang - Foto dada, PA dan lateral - CT scan/MRI - Bronchoscope - Sitologi TTB, biopsy kelenjar getah bening leher.
B. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia, disfalgia, berat badan menurun, Peningkatan frekuensi/jumlah urine, Takut
2. Data Objektif Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi, Sianosis, pucat, Edema, Demam Gelisah

10.
DIAGNOSA KEPERAWATAN ( Doenges, Marylin, hal 191 dan Engram, Barbara ( Zerich 150105, weblog ))
  1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial sekunder karena invasi tumor
  2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru
  3. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan ( Xerich. 150105′s weblog ) ( Engtram, Barbara.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol 1. Jakarta : EGC )
11. RENCANA KEPERAWATAN ( Doenges, Marilyn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Ed. 3. Jakarta : EGC )
  1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi. Intervensi 1.Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas atau adanya sekreat. Rasional : Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya sekreat / obstruksi jalan napas
  2. Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret. Selidiki jalan perubahan sesuai indikasi Rasional : Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna ( atau berck darah 1 berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan
  3. Dorong masukan cairan per oral ( sedikitnya 2500 ml / hari ) dalam toleransi jantung. Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekreat hilang / peningkatan keluaran
  4. Kaji nyeri / ketidak nyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan pernapasan Rasional : Mendorong pasien untu bergerak, batuk lebih efektif dan napas lebih dalam untuk mencegah kegagalan napas. ( pernapasan )
  5. Berikan atau bantu dengan IPPB, spirometriinsentif, meniup botol, drainase postural / perkusi sesuai indikasi. Rasional : Memperbaiki ekspansi paru / vemntilasi dan mudahkan pembuangan sekret. Catatan : Drainase postuural dapat dikotraisdikasikan pada beberapa pasien dan pada setiap kejadian harus dilakukan untuk mencegah gangguan pernapasan dan ketidaknyamanan insisi.
  6. Gunakan oksigen, humidifikasi / nebuliser. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi Rasional : Memberikan hidrasi maksimal membantu penghilangan / pengenceran sekret untuk meningkatkan pengeluaran
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekaran saraf oleh tumor paru Intervensi
  1. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri ( P,Q,R,S,T ) misal : terus-menerus, sakit menusuk, terbakar. Buat skala nyeri 0-10 rentang intensitasnya. Rasional : Membantu dalam mengevaluasi gejala nyeri karena kanker yang dapat melibatkan visera, saraf atau jaringan tulang. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat unutk evaluasi keefektifan analgetik, meningkatkan kontrol nyeri
  2. Kaji pertanyaan verbal dan non verbal nyeri pasien Rasional : Ketidak sesuaian antara petunjuk verbal atau non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi
  3. Berikan tindakan kenyamanan. Misal : sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan bantal, dorong penggunaan teknik relaksasi, misal : visualisasi, bimbingan imajinasi danaktivitas hiburan yang tepat. Rasional : Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Menghilangkan ketidak nyamanan dan meningkatkan efek terapeutik analgesik
  4. Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan / latihan tangan dan ambulasi Rasional : Mencegah kelemahan yang tidak perlu dan regangan insisi Mendorong dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelum pasien merasa percaya diri untuk melakukan aktivitas ini karena nyeri atau takut nyeri
  5. Berikan analgetik rutin sesuai indikasi, khususnya 45-60 menit sebelum tindakan napas dalam / latihan batuk. Bantu sengan PAC atau analgesik melalui kateter epidural. Rasional : Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari “ puncak ” periode nyeri, alat dalam menyembuhkan otot dan memperbaiki fungsi pernapasan dan kenyamann / koping emosi
3. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan Intervensi
  1. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa Rasional : Pasien atau orang terdekat mendengar atau mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup
  2. Akui rasa takut / masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan Rasional : Dukungan memampukan pasien membuka / menerima kenyataan kanker dan pengobatan
  3. Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama. Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi atau salh interprestasi terhadap informasi
  4. Terima penyangkalan pasien tapi jangan dikuatkan Rasional : Bila penyangkalan ektrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara penyelesaian
  5. Catat komentar atau perilaku yang menunjukkan menerima dan atau menggunakan strategi efektif menerima situasi Rasional : Takut atau ansietas menurun, pasien mulai menerima / secara positif dengan kenyataan. Indiokator kesiapan pasien untuk menerima tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk mulai hidup lagi.
    1. Alsagaaaff, Hood. dkk. 1993. Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : AirLangga University Press.
    2. Amin, Zulkifli. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Erlangga 3. Davey, Patrick. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
    3. Doengoes, Marylin. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan 5.
    4. Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta : EGC 6. Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I. Jakarta : EGC


 
A.  Definisi

Sebagian besar tumor paru primer merupakan karsinoma bronkhus (John E. Stark, 1990).

B.  Gejala fisik

-   Hemopthisis.

-   Batuk.

-   Nyeri dada.

-   Sesak nafas, hal ini diakibatkan pembesaran tumor dan akibat kolapsnya paru.

-   Mengi/ stridor, suara ini timbul akibat obstruksi trakhea atau bronchus.

-   Serak, hal ini terjadi akibat terserangnya nervus laringeus recurents kiri.

-   Pneumonia Recurents.

-   Dysfagia, hal ini mungkin terjadi akibat penyebaran tumor melalui pembuluh getah bening ke daerah mediatinum atau ke oesofagus.

-   Obstruksi vena cava superior.

-   Gejala sistemik: seperti berat badan turun, tak nafsu makan, yang merupakan gejala awal pada 50% penderita kanker paru.

-   Gejala metastasis, tersering mengenai organ otak, hati, tulang dan kelenjar adrenal.

-   Efek non metastasis: seperti neuropati perifer, dermatomiositis atau sindroma yang gejalanya seperti sekresi hormon (misalnya ADH, ACTH, PTH).

Kelompok resiko tinggi:

-   Perokok.

-   Pekerja pada pabrik asbes.

-   Riwayat menderita fibrosis paru kronis yang diffus.

C.  Pemeriksaan penunjang

a.    Foto Thorax:

Suatu diafragma yang meninggi mungkin menunjukkan suatu tumor yang mengenai syaraf frenikus. Pembesaran bayangan jantung mungkin menunjukkan efusi pericardial yang ganas. Perhatian kebanyakan tumor perifer tidak dapat dilihat pada rontgen dada sampai ukurannya lebih besar dari 1 cm.

b.    Sitologi sputum:

Pada pemeriksaan sitologi sputum dapat membantu menegakkan kasus hingga 70%. Sputum untuk sampel sitologi sebaiknya diterima oleh laboratorium dalam 2 jam setelah ekspectorasi/ pengeluaran. Sampel dinihari tidak diperlukan.

c.    Bronchoscopy:

Pada biopsi digunakan untuk mengetahui tipe sel tumor.

d.   Aspirasi pleura dan biopsi:

Aspirasi merupakan tindakan yang harus dilakukan jika pasien dengan tumor paru mempunyai effusi pleura. Effusi tak selalu akibat dari penyebaran tumor ke pleura,  tetapi mungkin akibat dari reaksi pneumonia pada tumor atau obstruksi limfatik.

e.    Biopsi jarum percutan:

Pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis tumor perifer yang sulit dibiopsi denag tehnik transbronchial.

f.     Biopsi dugaan metastasis:

Kelenjar getah bening perifer dapat diaspirasi dengan menggunakan jarum halus dan bahannya diperiksa secara sitologis.

g.    Mediatinoscopy:

Tehnik ini digunakan untuk mengambil sampel kelenjar limfa mediatinum yang mengalami pembesaran, hal ini dilakukan jika tidak nampak tumor pulmonal.

D.  Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada tumor paru tergantung pada tipe sel tumor.

1.    Reseksi bedah.

2.    Terapi paliatif.

E.   Asuhan Keperawatan

1.    Pengkajian


Pengkajian difokuskan pada sistem yang terganggu.

a.    Distress pernafasan

Bisa didapatkan adanya henti nafas, tachypneu, bradypneu, retraksi dinding dada, penggunaan otot-otot bantu pernafasan, menurunnya pergerakkan dinding dada, peningkatan usaha untuk bernafas. Suara nafas yang mungkin  didapatkan antara lain crackless, ronchi, wheezing, stridor, penurunan suara nafas. Sekret bisa mengalami meningkat, purulent. 

b.    Kesadaran

Kebingungan, cemas, kurang istirahat.

c.    Cardiocvaskuler dan sirkulasi

Pucat, cyanosis, diaphoresis, hipotensi, bradycardi, tachycardi, arrytmia pada atrial maupun ventrikular, penurunan cardiac out put, shock.

d.   Pemeriksaan penunjang

Analisa gas darah (didapatkan hypoksemia, acidosis, peningkatan atau penurunan CO2). Fungsi pernafasan (penurunan VC, peningkatan volume tidal). ECG (mungkin ditunjukkan adanya arrytmia).

2.    Diagnosa keperawatan

a.    Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

b.    Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.

c.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.

d.   Kecemasan berhubungan dengan ketidakmampuan untuk bernafas.

3.    Rencana tindakan keperawatan

a.    DP I

Tujuan:

Pasien menunjukkan kemampuan untuk bernafas secara efektif.

Rencana tindakan:

-   Jelaskan pada klien tentang pentingnya beristirahat dengan posisi setengah duduk.

R/ Posisi semi fowler meningkatkan kapasitas paru dengan adanya gaya gravitasi yang menarik diafragma ke arah bawah.

-   Kaji suara nafas.

R/ Stridor menunjukkan adanya penyumbatan pada daerah pernafasan terutama trakhea.

-   Kaji tekanan darah, nadi, kesadaran dan respon klien.

R/ Penurunan respon klien dan kesadaran menggambarkan adanya penurunan suplai O2 pada daerah otak.

-   Kolaborasi dalam pemasangan ET Tube, pemberian oksigen.

R/ ET tube membantu klien dalam menciptakan jalan nafas, suplai oksigen yang adequat membantu proses metabolisme dalam tubuh.

-   Observasi kemampuan klien dalam bernafas, irama, kedalaman dan frekwensi.

R/ Perubahan irama, kedalaman dan frekwensi nafas merupakan hal yang perlu diwaspadai untuk melakukan tindakan selanjutnya.

b.    DP II

Tujuan:

Klien mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Rencana tindakan:

-   Jelaskan pada klien dan keluarga tentang beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan sekret.

R/ Pengetahuan keluarga dan klien tentang cara-cara mengeluarkan sekret memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.

-   Anjurkan klien untuk banyak minum air yang hangat.

R/ Pengenceran sekret mempermudah pengeluaran sekret pada jalan nafas.

-   Ajarkan pada klien tentang tehnik batuk efektif.

R/ Batuk efektif dengan tehnik yang benar membantu mengeluarkan sekret secara adequat.

-   Kolaborasi dalam pemberian obat-obat seperti mukolitik agent.

R/ Sekret yang encer akan lebih mudah untuk dikeluarkan.

-   Observasi suara nafas.

R/ Crackless menunjukkan adanya penumpukkan di jalan nafas.

c.    DP III

Tujuan:

Klien menunjukkan peningkatan kemampuan pertukaran gas dengan parameter hasil pemeriksaan gas darah dalam batas normal.

Rencana tindakan:

-   Jelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan gas darah.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan keperawatan.

-   Anjurkan pada klien untuk mengurangi aktivitas.

R/ Kebutuhan oksigen dapat dikurangi dengan penurunan metabolisme tubuh.

-   Kolaborasi dalam pemberian oksigen dan pemeriksaan analisa gas darah.

R/ Pemberian oksigen mengurangi usaha pernafasan yang tidak efektif.

-   Observasi tanda-tanda vital, tingkat kesadaran.

R/ Perubahan kesadaran menunjukkan penurunan suplai oksigen ke jaringan otak.

d.   DP IV

Tujuan:

Klien menunjukkan penurunan kecemasan.

Rencana tindakan:

-   Jelaskan pada klien tentang beberapa hal yang dapat dilakukan untum mengurangi kecemasan.

R/ Pengetahuan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan perawatan.

-   Anjurkan pada klien untuk nafas panjang.

R/ Pengendoran otot menciptakan relaksasi sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan.

-   Observasi tingkat kecemasan klien.

R/ Deteksi dini terhadap perkembangan klien dan penentuan tindakan selanjutnya.



0 komentar:

Posting Komentar